A.U.I.S.S

Indonesian Student Society of UCTI

Feb 16, 2010

IYS League 2010

Indonesian Youth Society (IYS) invites all Indonesians in Malaysia to participate in IYS League Futsal Competition 2010. The competition is held by Monash & Sunway University. Here are the details:

Dates: 6,14,20 and 28 March 2010
Venue: Extreme Park - Sunway
Registration Fee: RM. 300
(Includes RM.50 Deposit)
1 Team = 10 person
(5 Starter Players, 3 reserves & 2 Sub)
Institution Cap: 2 Team per Institution
Registration: Closed when meet quota 18 Teams (Now already 8 team registered)

SO YOU BETTER HURRY!!!
AUISS MEMBERS WHO WISH TO COMPETE CAN CONTACT CARL: 0176401875


AUISS would like to take this opportunity to..

wish you and your loved ones

Happy Chinese New Year

May this New Year bring Prosperity, happiness and joy.

Gong Xi Fa Cai




AUISS@2010

Kamis, 11 Februari 2010, lebih dari 25 perwakilan dari AUISS menghadiri seminar bertajuk “Kesinambungan Paradigma Berpikir menuju Pembangunan Bangsa” di Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Kuala Lumpur. Saat itu, ruangan dipenuhi sekitar 500 peserta dari berbagai perwakilan universitas di Malaysia seperti UCTI, MMU, UKM, UM dan UUM.

Acara yang diselenggarakan oleh PPI Malaysia dan KBRI Kuala Lumpur itu dibuka langsung oleh duta besar RI untuk Malaysia, Tan Sri Dai Bachtiar. Terjejer rapi tokoh sejarah Indonesia dan Malaysia, para ilmuwan serta wartawan yang dengan seksama mengdengarkan sambutan pembukaan dari sang dubes. Diantaranya adalah mantan perdana menteri Malaysia Tun Dr. Mahathir Muhammad, Dr. Nasir Tamara seorang dosen di National University of Singapore dan Dr. Ken Kawan Soetanto peraih 4 gelar doktor yang kini menjabat sebagai dekan di universitas Waseda, Jepang.

Setelah acara resmi dibuka, giliran Mahathir Muhammad untuk menyampaikan pemikirannya. Dr. Mahathir secara blak-blakan mengungkap banyak sekali persamaan antara Indonesia dan Malaysia. Menurut beliau, Indonesia dan Malaysia sebenarnya hampir tidak memiliki perbedaan yang berarti atau artificial differences. Yang beda hanya dijajah oleh negara berbeda (Belanda dan Inggris), sehingga menimbulkan sedikit perbedaan kecil di berbagai aspek kehidupan.

Beliau juga tidak memungkiri kalau hubungan kedua negara tersebut kerap menghangat. Akan tetapi, baik pemerintah Indonesia maupun Malaysia selalu menjaga hubungan baik diplomatik, termasuk dalam penyelesaian berbagai konflik bilateral antar kedua negara.

Dalam sesi tanya jawab Dr. Mahathir sempat menolak disebut sebagai ‘little Soekarno’ dikarenakan dulu Soekarno pernah melawan Malaysia dengan gerakan ‘Ganyang Malaysia’ yang menjadikan mereka tidak mirip secara total. Namun, tidak menutup kemungkinan adanya kesamaan diantara dirinya dengan Soekarno dalam pemikiran serta sebagai negarawan.

Mahatir juga menyatakan jika sebenarnya Indonesia memiliki potensi untuk menjadi negara besar apabila Indonesia menerapkan ASEAN democracy. Beliau menekankan perbedaan western democracy dan ASEAN democracy, dimana western democracy fokusnya adalah invidual interest (kepentingan pribadi) yang sangat tabu jika diterapkan secara mentah di ASEAN yang cenderung society interest (kepentingan bersama).

Pernyataan Mahatir dibenarkan oleh Dr. Nasir Tamara yang menguraikan poin – poin penting dalam bukunya berjudul ‘The Rising Indonesia’. Dr. Tamara memperkirakan bahwa Indonesia akan menjadi negara terkaya nomer 7 di dunia pada tahun 2040. Indikasinya adalah masuknya Indonesia dalam anggota negara – negara G-20.

Namun, tidaklah semudah membalikkan telapak tangan, banyak faktor – faktor yang harus mendukungnya seperti sifat cinta tanah air, kerja keras dan tentunya kebijakan ekonomi yang tepat. Menurutnya, Indonesia akan mencapai puncak tersebut seirama dengan bagaimana India mencapai puncaknya. Melihat keadaan geografis yang mirip, tingkat kepadatan penduduk serta tidak ratanya kesejahteraan masyarakat, maka India adalah contoh yang paling tepat untuk perbandingan.

Dr. Nasir Tamara adalah asset Indonesia yang sangat berharga. Pasca lulus dari jurusan Ilmu Politik di Universitas Indonesia, beliau melanjutkan studinya di Sorbonne University, Paris. Beliau lalu melanjutkan studinya di universitas terbaik amerika serikat, Harvard University dan bekerja di lembaga penelitian ilmu sosial milik Samuel Huntington. Di Inggris, Tamara juga masuk di universitas terbaiknya, yaitu, Oxford University.

Sebuah pengalaman sangat berharga yang sempat beliau bagi kepada para peserta adalah saat Dr. Tamara di penerbangan menuju Iran pada tahun 1989. Beliau dalam pesawat yang sama dengan Ayatollah Khomeini seorang tokoh revolusi Iran yang kembali ke negaranya untuk menggulingkan kekuasaan Shah Reza Pahlevi pada saat itu. Dr. Tamara menjadi saksi langsung ketika Ayatollah turun dari pesawat dengan sambutan ribuan rakyat Iran yang turun ke jalan menyambutnya, dan saat itulah kekuasaan jatuh pada Ayatollah.

Setelah istirahat makan siang dengan menu masakan Padang yang lezat serta shalat dzuhur, acara dilanjutkan dengan pembicara yang telah dinanti- nantikan para peserta yang mulai pagi terus memenuhi aula Hassanuddin di KBRI Kuala Lumpur.

Pembicara tersebut adalah Dr4. Ken Kawan Soetanto. Beliau menggondol 4 gelar doktor yang kesemuanya diperoleh di Jepang. Saat ini beliau menjabat sebagai dekan di Universitas Waseda, Jepang. Sebuah universitas swasta biasa yang karena jasa beliau, menjadi ternama dan terpandang di Jepang.

Dr. Soetanto yang berperawakan kecil, tidak nampak memiliki 4 gelar doktor. Saya di depan sini akan mencoba berbicara dengan hati”, adalah kalimat permulaannnya. Setelah itu kalimat demi kalimat mengalir dimana beliau menceritakan perjuangannya pada masa kecil hingga beliau bisa mengambil S1 di Jepang. Meskipun saat S1 dia sudah berumur 27 tahun, namun dia tidak pernah putus semangat untuk belajar. Begitu pula saat banyak orang meragukan kemampuannya untuk mengajar, namun beliau telah membuktikan kesuksesannya.

Dr. Soetanto memulai karirnya di Waseda saat kampus ini berisikan anak- anak buangan tanpa semangat belajar sama sekali. Namun, dengan cara beliau menyentuh titik sadar mereka, kumpulan anak – anak buangan ini dapat menjadi mahasiswa cemerlang di bidangnya masing - masing. Metode beliau juga digunakan di hampir seluruh universitas di Jepang. Tak heran jika pada tahun 1993, di Jepang tersebar luas ‘Soetanto Effect’.

Dr. Soetanto tentu menjadi sosok guru idaman banyak sekali mahasiswa saat ini, termasuk kami. Dengan semangat yang tak pernah letih, beliau mendobrak jiwa- jiwa lemah para pelajar sehingga mereka bisa lebih terbuka terhadap tujuan belajar mahasiswanya. Menyadarkan kembali bahwa seseorang mahasiswa harus mempunyai goal dalam hidupnya, serta harus menempuh tujuan tersebut secara sadar dalam arti faham betul apa yang kita inginkan, serta kearah mana kita harus meraih keinginan tersebut.

Menurutnya, ada 4 macam guru. Guru yang biasa mengajar, guru yang baik menjelaskan, guru yang lebih - mempraktekkan dan guru yang paling hebat - menginspirasi. Semoga kita dapat menjadi guru yang menginspirasi serta menjadi mahasiswa yang jelas tujuan belajarnya.


Ditulis Oleh: Hanif Rasyid Thalib | Editor: Danial Hamzah Abdat